Pages

Saturday, October 23, 2010

Digital Cinema

Sinema digital merupakan penayangan sinema dengan menggunakan teknologi digital. Sebuah film dapat didistribusikan lewat perangkat keras, piringan optik atau satelit serta ditayangkan menggunakan proyektor digital. Sinema digital berbeda dengan HDTV(High Definition Television). Sinema digital tidak bergantung pada penggunaan televisi atau standar HDTV, aspek rasio atau perangkat bingkai. Proyektor digital yang memiliki resolusi 2K mulai disebarkan pada tahun 2005.
Sinema digital dapat dibuat dengan media video yang untuk penayangannya dilakukan transfer dari format 35 milimeter ke format HD(High Definition). Proses transfer ke format HD melalui proses cetak yang disebut dengan proses blow up. Setelah menjadi format HD, penayangan film dilakukan dari satu tempat saja dan dioperasikan ke bioskop lain dengan menggunakan satelit, sehingga tidak perlu dilakukan salinan film. Contohnya, dari satu bioskop di Jakarta, film dapat dioperasikan atau diputar ke bioskop-bioskop di daerah-daerah melalui satelit.
Sinema digital hanya berbeda dengan sinema konvensional dalam hal visualisasi dan suara. Visualisasi sinema digital berbentuk garis-garis, sedangkan sinema konvensional menggunakan media pita seluloid, memiliki struktur visualisasi berupa titik-titik. Untuk kualitas suara sinema digital hanya dapat memberi kualitas suara stereo, sedangkan sinema konvensional memiliki kualitas suara dolby surround.
Untuk menayangkan sinema digital, diperlukan proyektor yang berbeda dengan proyektor untuk menayangkan sinema konvensional. Terdapat dua jenis proyektor yang dapat digunakan untuk menayangkan sinema digital, yaitu proyektor DLP dan DCI. Proyektor DLP memiliki resolusi 1280x1024 atau setara dengan 1,3 megapiksel. Sedangkan proyektor DCI memiliki dua jenis spesifikasi, yaitu 2K(2048x1080) atau setara dengan 2,2 megapiksel pada 24 atau 48 bingkai dan 4K(4096x2160) atau setara dengan 8,85 megapiksel pada 24 bingkai per detik. Proyektor DLP dikembangkan oleh perusahaan Texas Intrument. Ada tiga pabrik yang telah memiliki lisensi untuk memproduksi teknologi sinema DLP yaitu Christie Digital Systems, Barco, dan NEC. Christie, yang telah lama berdiri sebagai pabrik teknologi proyektor sinema konvensional, adalah pembuat proyektor CP2000 bentuk dasar proyektor yang paling banyak tersebar secara global(total kira-kira 5,500 unit). Barco meluncurkan seri DLP dengan resolusi 2K yang masih kalah dengan proyektor sinema digital DCI. Barco juga merancang dan mengembangkan produk proyektor dengan tingkat visualisasi berbeda bagi pembuat film profesional. NEC memproduksi Starus NC2500S, NC1500C, dan NC800C proyektor 2K bagi layar kecil, medium, dan besar. NEC juga memproduksi sistem penyedia sinema Starus dan alat-alat lain untuk dihubungkan dengan komputer, tape analog atau tape digital, penerima satelit, DVD, dan lain-lain. Sementara NEC adalah pendatang baru dalam industri proyektor sinema digital, Christie adalah pemain utama dalam pasar Amerika Serikat, sedangkan Barco memimpin pasar Eropa dan Asia. Ketika perusahaan Texas Instrument pertama kali memperkenalkan teknologi proyektor 2K, perusahaan proyeksi digital merancang dan menjual banyak unit proyektor sinema digital DLP. Ketika proyektor dengan resolusi melebihi proyektor 2K dikembangkan, pasar mulai menawarkan proyektor berbasis DLP bagi tujuan non-sinema. Pada kanuari 2009, lebih dari 6000 sistem sinema digital berbasis DLP dipasang diseluruh dunia, dimana sebanyak 80 persen berlokasi di Amerika bagian utara.
Teknologi penayangan sinema digital lainnya dibuat oleh perusahaan Sony dan diberi label teknologi SXRD. Proyektor-proyektor SXRD seperti SRXR210 dan SRXR220, menawarkan resokusi 4096x2160 atau setara 4K dan memiliki piksel empat kali lebih banyak daripada proyektor 2K. Proyektor sinema digital Sony juga memiliki harga yang kompetitif dengan proyektor DLP 2K yang memiliki resolusi lebih rendah (2048x1080) atau setara dengan 2,2 megapiksel.

No comments:

Post a Comment